2017 menjadi kali pertama merasakan Ramadhan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ya 19 jam berpuasa karena Ramadhan tahun ini jatuh di musim panas tepatnya di Inggris. Kalau ditanya apakah sedih dengan berbedanya Ramadhan kali ini. Jawabannya mostly tidak. Rutinitas dan ketatnya waktu kuliah dengan kelas, assignment, disertasi, dll membuat fokus pikiran mengalahkan yang namanya sedih, melo, pengen pulang, dll. Tapi perbedaan tetep kental terasa.
Berikut beberapa penemuan unik merasakan Ramadhan di Inggris:
1. 19
JAM BERPUASA
Berpuasa
di Inggris, terutama di London dimulai pukul 2.30 pagi sampai 21.25 malam. Total
nya lebih kurang 19 jam. Awalnya aku khawatir apakah aku sanggup menjalani 19
jam tanpa makan dan minum tapi harus beraktifitas seharian. Dalam hal ini,
beraktifitas yang aku maksudkan adalah sebagian besarnya adalah belajar. Biasanya
aku selalu ditemani dengan sebotol air putih dan chips, coklat, dan buah. Empat jenis pengisi perut ini selalu aku
bawa kemana mana terutama kalau ke library.
Anyway, untuk mengatasi kekhawatiran
ini, beberapa minggu sebelum Ramadhan, aku menyempatkan diri untuk berpuasa. Selain
untuk mengganti puasa sebelumnya, tujuan nya juga untuk melatih tubuh dan
pikiran agar cepat terbiasa berpuasa 19 jam. Awalnya memang terasa sangat berat
dan ‘ngos-ngosan’. Kenapa? Karena rentang waktu antara berbuka dan sahur hanya
5 jam. Perut dalam kondisi 5 jam tersebut masih dalam status ‘kenyang’ tapi
kalau enggak makan di waktu sahur, tubuh harus berhadapan dengan 19 jam
selanjutnya. Dilemma. Ya. Dilemma.
As time goes by, rutinitas berpuasa 19
jam tidak lagi se ngos-ngosan pertama kalinya. Berikut merupakan beberapa trik
yang aku gunakan untuk menjaga kestabilan berpuasa dalam 1 bulan.
a.
Ketika berbuka, aku mengusahakan untuk tidak
makan ‘terlalu kenyang’. Kebiasaanku sebelumnya adalah selalu ‘balas dendam’
ketika berbuka. Tapi untuk kasus Ramadhan tahun ini, semaksimal mungkin aku
mengusahakan untuk makan porsi sedang untuk ukuran perut aku sendiri. Dan memperkaya
menu dengan buah dan sayur. Tujuannya adalah supaya sahur nanti aku masih bisa
mengalokasikan space di perut untuk
terisi dengan makanan lainnya dan air putih.
b.
Selalu menjaga waktu sahur. Rasulullah sangat
merekomendasikan untuk makan di waktu sahur. Salah satu hadits menyebutkan
bahwa ada keberkatan didalam sahur.
Sahur
biasanya aku lakukan antara pukul 1.30 – 2.30 pagi. Untuk bangun di waktu ini
bukan suatu masalah karena pada dasarnya aku memang belum tidur di jam-jam
tersebut.
Biasanya
aku mengalokasikan waktu pukul 1.30 – 2.00 pagi untuk makan sahur. Lalu pukul
2.00 – 2.30 aku akan mengkonsumsi air putih perlahan lahan. Karena minum
berteguk-teguk menjelang imsak membuat perut seperti tong air dan jadi susah
bergerak kesana kemari.
Alhamdulillah,
dengan menjaga rutinitas diatas, puasa 19 jam tidak lagi terasa berat dan tidak
membuat tubuh menjadi drop. Perlu maintenance yang baik dan teratur. Dan Alhamdulillah
aku tidak pernah melewatkan sahur kecuali pernah satu kali aku melewatkan sahur
karena kecapean selesai pindahan rumah.
2.
SATU PAKET IBADAH MALAM HANYA DALAM 5 JAM
Berpuasa
19 jam sama dengan menyisakan waktu 5 jam untuk tidak berpuasa. Satu paket
ibadah malam adalah berbuka, sholat magrib, tilawah, sholat isya, sholat
tarawih, sholat witir, tidur sebentar, sholat malam, sahur, sholat subuh,
tilawah. Satu paket ini dikerjakan hanya dalam rentang waktu 5 jam saja.
Aku sering
melewatkan sholat malam karena memang mata engga bisa dipejam. Jadi pada
akhirnya aku mengusahakan agar tetap terjaga di 5 jam ini. Dan tidur pukul 3
atau 4 pagi. Dan juga untuk tidak lupa menutup tirai jendela karena pukul 4
pagi matahari sudah terbit.
Ada satu
pengalaman unik terkait dengan matahari yang cepat terbit.
Pernah satu
hari, aku lupa menutup tirai jendela. Jadi cahaya matahari masuk tanpa segan. Hari
itu aku punya janji dengan classmate
untuk pergi bareng ke library pukul
10 pagi. Ketika aku bangun, matahari sudah sangat terik dan aku bangun dengan
panik setengah sadar. Di detik itu juga aku meraih smartphone untuk memastikan pukul berapa saat itu. Yang terlihat
adalah pukul 10.30 pagi. Itu artinya aku
telat 30 menit dari waktu yang dijanjikan. Double
panic!! Aku segera menghubungi
classmate ku melalui Whatsapp
untuk meminta maaf dan akan segera menyusul di siang hari (karena waktu itu
kepala ku masih pusing karena kurang waktu tidur). Tapi aku sempet mikir kenapa
kepala masih pusing padahal harusnya aku memang sudah bangun pukul segitu. Karena
otak gak sanggup mikir lagi, aku akhirnya melanjutkan tidur. Aku terbangun lagi
sekitar pukul 2 siang. Showering,
sholat, dan bersiap-siap ke library. Aku
cukup surprise kenapa aku bisa tidur
sepanjang ini. 10 jam.
Ketika aku memakai jam tangan dan bersiap untuk cabut dari rumah, aku melihat sesuatu yang ‘odd’. Jam tangan menunjukkan pukul 10 pagi. Ok. Jam tangan ku mungkin hampir habis batre. Tapi dua jam tangan lainnya juga menunjukkan arah jarum jam yang sama persis. Mungkinkah semua jam tangan kesemuanya juga hampir habis batre? Kebetulan yang sangat ganjil. Aku langsung mengecek hape. The same happened!
Ketika aku memakai jam tangan dan bersiap untuk cabut dari rumah, aku melihat sesuatu yang ‘odd’. Jam tangan menunjukkan pukul 10 pagi. Ok. Jam tangan ku mungkin hampir habis batre. Tapi dua jam tangan lainnya juga menunjukkan arah jarum jam yang sama persis. Mungkinkah semua jam tangan kesemuanya juga hampir habis batre? Kebetulan yang sangat ganjil. Aku langsung mengecek hape. The same happened!
Aku menelvon
salah satu temen untuk menanyakan jam berapa saat itu. Sayangnya, dia enggak
angkat telvon dari aku. Aku segera berlari turun kebawah untuk mengecek semua
jam yang ada di ruang tamu, ruang makan, dan dapur. Sama! Jam 10 pagi. Kaget,
sumpah. Aku bertanya-tanya jadi angka 10.30 dan angka 14.00 yang aku lihat di hape aku tadi itu, apa
ya?
Well, aku berangkat ke library sambil menyimpan banyak misteri dan
disana aku bertemu dengan classmate
yang tadi awalnya janjian berangkat bareng. Aku nanya ke dia, jam berapa aku
kirim message permintaan maaf ke dia
karena aku telat bangun? Dia lalu tertawa terpingkal-pingkal. “Nurul, you sent me message at 6.30. Look at
this” sambil nunjukkin pesan ku dan tertera pukul 6.30 pagi di layar hape nya.
Aku menertawakan
diri sendiri yang sudah panik enggak jelas dan sok menganalisis ini itu
sebelumnya. Intinya, ternyata aku terbangun pukul 6.30 pagi bukan pukul 10.30
pagi, pada dasarnya aku baru tidur selama 2.5 jam. Kepala masih nyut-nyutan
ditambah dengan teriknya matahari diluar yang otak langsung berasumsi bahwa “waktu
sudah menjelang pagi menuju siang”. Sehingga false assumption ini memengaruhi kinerja otak yang masih belum
sepenuhnya bekerja karena pengaruh 2.5 jam tidur dan memengaruhi kinerja mata
yang pada akhirnya salah menginterpretasi waktu yang tertera di hape.
Begitulah
salah satu kisah unik aku di bulan Ramadhan. Dan ini adalah kali kedua terjadi
hal yang sama. Jadi, jangan lupa tutup tirai sebelum tidur ya karena siap-siap
pukul 4 pagi matahari mulai bersinar.
3.
10 MALAM TERAKHIR RAMADHAN
Biasanya
aku melaksanakan I’tikaf di 10 malam terakhir di mesjid Oman tercinta. Tapi rutinitas
kali ini pasti akan sangat berbeda dengan waktu I’tikaf yang sangat singkat. Mesjid
pun enggak begitu dekat. Dan semenjak beberapa kejadian terror terjadi di
London dalam 2 bulan terakhir membuat kami agak was-was kalau pulang malam.
Akhirnya
aku dan salah satu temen, kita berencana itikaf di malam ganjil saja sambil
menghunting laylatul qadr. Tapi sayangnya, kejadian penabrakan yang ‘katanya’
dilakukan dengan sengaja terhadap jamaah mesjid yang baru selesai itikaf
mengurungkan niat kami berdua dan akhirnya memutuskan untuk beribadah malam
dirumah masing-masing karena memang situasi sedang tidak kondusif. Sedih tapi
mau gimana lagi. Bapak juga sudah me-warning untuk tidak pulang malam-malam.
Selain itu,
karena malam sangat singkat, ibadah malam pun tidak bisa dilakukan dengan
intens. Apalagi kalau tubuh sudah sangat lelah, tak cukup banyak waktu untuk
tilawah. Tilawah di malam hari akan sangat memudahkan karena kalau tenggorokan
sudah kering, bisa minum di sela sela.
Tapi terlepas
dari itu semua, bisa merasakan Ramadhan yang dilaksanakan sebagai minoritas dan
berbeda dari Indonesia, mencetuskan banyak refleksi kehidupan dan
spiritualitas. Jadi lebih kritis dalam berpikir dan jadi lebih
mengenal Sang Pencipta.
4.
KULIAH DI BULAN RAMADHAN
Jadwal kuliah
di semester terakhir ini hanya di skedulkan hari jumat seharian. Pagi sampai
sore. Tapi bisa dibayangin gimana keroncongannya perut di siang hari. Semua pada
makan ke kantin, tapi aku stay di
kelas. Memasuki petang menjadi waktu-waktu kritis dimana otak dan perut enggak
bisa diajak kerja sama lagi. Macet. Haha.
5.
PROPOSAL DISERTASI
Di waktu
yang bersamaan pula, aku harus menyelesaikan 4000 word-proposal dissertation. Menjelang due date, aku bekerja nonstop
di depan laptop bahkan bisa sampe gak mandi seharian. Haha. Nah disini aku
merasakan nikmatnya berpuasa. Aku termasuk kedalam tipe pembelajar yang kalau
udah start working on my assignment,
itu bisa lupa makan dan minum dan yang tadi aku bilang, lupa mandi. Aku akan
fokus di depan laptop berjam-jam. Selama ramadhan, aku enggak perlu memikirkan makan
siang dan snack hiburan perut lainnya.
Hanya break di waktu-waktu sholat
saja. Alhasil, 4000 kata berhasil diraih. Alhamdulillah.
6.
LANDLORD YANG SANGAT BAIK
Minggu pertama
bulan juni aku pindah dari flat
universitas ke private house milik
seorang British, an old Lady yang
aslinya adalah Mauritian. Tujuan ku
untuk pindah dari akom kampus adalah karena kontrak tinggal sudah habis dan aku
memang enggak berniat untuk memperpanjang karena akom kampus lebih mahal. Selain
itu, aku juga pengen ngerasain tinggal di sebuah rumah yang ‘homey’ di kompleks perumahan. Berasa banget
tinggal di lingkungan yang lebih luas di level masyarakat setelah merasakan
pengalaman tinggal bareng international
students.
Aku tinggal
berdua dengan landlord yang aku
panggil dengan sebutan ‘aunty’ yang
sudah berusia 70 tahun. Biar kata usia udah lansia, tapi sangat sehat dan masih
bisa beraktifitas.
Banyak teman
yang bilang kalau tinggal bareng landlord
itu enggak seru, terlalu banyak aturan ini itu. Saat itu, yang membuat aku
yakin untuk tinggal dirumah yang sekarang adalah karena aunty ini hanya tinggal sendiri dan pada dasarnya aunty menyewakan sebuah kamar karena dia
tinggal sendiri. Beda dengan mereka yang memang berbisnis di bidang property, harga sewa bisa diberikan lebih
tinggi. Alhamdulillah aku bisa mendapatkan double
room dengan harga sama seperti single room.
Satu
kejadian yang sangat membuat aku terharu di bulan Ramadhan ini adalah ketika Aunty mengatakan “Nurul, don’t cook for two days. I have prepared foods for ifthar and
sahoor for you. Just focus on your study”
And I was like……… crying because, you know, I
just have two days remaining for submitting my proposal and I have no enough
time to cook. Sometimes I just bought ready meals and cooked simple dishes.
Berkah Ramadhan.
Janji Allah,
dibalik kesulitan ada kemudahan, begitu juga sebaliknya.
Berat memang
menjalani Ramadhan yang sangat berbeda tapi dibaliknya ada kebahagiaan dan
kenikmatan yang tiada tara.
Itulah 6
pengalaman unik aku selama menjalani bulan Ramadhan di Inggris. Karena beberapa
hari lagi Idul Fitri akan datang, mewakili dari postingan tulisan ini, aku ingin
memohon maaf lahir dan batin. Eid Fitr Mubarak!
Semoga kita
bisa bertemu di Ramadhan tahun depan. Aamiin!
*all pictures credited to Google
*all pictures credited to Google