Thursday, June 22, 2017

6 PENGALAMAN UNIK BERPUASA 19 JAM DI INGGRIS



2017 menjadi kali pertama merasakan Ramadhan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ya 19 jam berpuasa karena Ramadhan tahun ini jatuh di musim panas tepatnya di Inggris.  Kalau ditanya apakah sedih dengan berbedanya Ramadhan kali ini. Jawabannya mostly tidak. Rutinitas dan ketatnya waktu kuliah dengan kelas, assignment, disertasi, dll membuat fokus pikiran mengalahkan yang namanya sedih, melo, pengen pulang, dll. Tapi perbedaan tetep kental terasa.




Berikut beberapa penemuan unik merasakan Ramadhan di Inggris:

1.       19 JAM BERPUASA
Berpuasa di Inggris, terutama di London dimulai pukul 2.30 pagi sampai 21.25 malam. Total nya lebih kurang 19 jam. Awalnya aku khawatir apakah aku sanggup menjalani 19 jam tanpa makan dan minum tapi harus beraktifitas seharian. Dalam hal ini, beraktifitas yang aku maksudkan adalah sebagian besarnya adalah belajar. Biasanya aku selalu ditemani dengan sebotol air putih dan chips, coklat, dan buah. Empat jenis pengisi perut ini selalu aku bawa kemana mana terutama kalau ke library.

Anyway, untuk mengatasi kekhawatiran ini, beberapa minggu sebelum Ramadhan, aku menyempatkan diri untuk berpuasa. Selain untuk mengganti puasa sebelumnya, tujuan nya juga untuk melatih tubuh dan pikiran agar cepat terbiasa berpuasa 19 jam. Awalnya memang terasa sangat berat dan ‘ngos-ngosan’. Kenapa? Karena rentang waktu antara berbuka dan sahur hanya 5 jam. Perut dalam kondisi 5 jam tersebut masih dalam status ‘kenyang’ tapi kalau enggak makan di waktu sahur, tubuh harus berhadapan dengan 19 jam selanjutnya. Dilemma. Ya. Dilemma.

As time goes by, rutinitas berpuasa 19 jam tidak lagi se ngos-ngosan pertama kalinya. Berikut merupakan beberapa trik yang aku gunakan untuk menjaga kestabilan berpuasa dalam 1 bulan.

a.       Ketika berbuka, aku mengusahakan untuk tidak makan ‘terlalu kenyang’. Kebiasaanku sebelumnya adalah selalu ‘balas dendam’ ketika berbuka. Tapi untuk kasus Ramadhan tahun ini, semaksimal mungkin aku mengusahakan untuk makan porsi sedang untuk ukuran perut aku sendiri. Dan memperkaya menu dengan buah dan sayur. Tujuannya adalah supaya sahur nanti aku masih bisa mengalokasikan space di perut untuk terisi dengan makanan lainnya dan air putih.

b.      Selalu menjaga waktu sahur. Rasulullah sangat merekomendasikan untuk makan di waktu sahur. Salah satu hadits menyebutkan bahwa ada keberkatan didalam sahur.
Sahur biasanya aku lakukan antara pukul 1.30 – 2.30 pagi. Untuk bangun di waktu ini bukan suatu masalah karena pada dasarnya aku memang belum tidur di jam-jam tersebut.
Biasanya aku mengalokasikan waktu pukul 1.30 – 2.00 pagi untuk makan sahur. Lalu pukul 2.00 – 2.30 aku akan mengkonsumsi air putih perlahan lahan. Karena minum berteguk-teguk menjelang imsak membuat perut seperti tong air dan jadi susah bergerak kesana kemari.
Alhamdulillah, dengan menjaga rutinitas diatas, puasa 19 jam tidak lagi terasa berat dan tidak membuat tubuh menjadi drop. Perlu maintenance yang baik dan teratur. Dan Alhamdulillah aku tidak pernah melewatkan sahur kecuali pernah satu kali aku melewatkan sahur karena kecapean selesai pindahan rumah.

2.       SATU PAKET IBADAH MALAM  HANYA DALAM 5 JAM
Berpuasa 19 jam sama dengan menyisakan waktu 5 jam untuk tidak berpuasa. Satu paket ibadah malam adalah berbuka, sholat magrib, tilawah, sholat isya, sholat tarawih, sholat witir, tidur sebentar, sholat malam, sahur, sholat subuh, tilawah. Satu paket ini dikerjakan hanya dalam rentang waktu 5 jam saja.

Aku sering melewatkan sholat malam karena memang mata engga bisa dipejam. Jadi pada akhirnya aku mengusahakan agar tetap terjaga di 5 jam ini. Dan tidur pukul 3 atau 4 pagi. Dan juga untuk tidak lupa menutup tirai jendela karena pukul 4 pagi matahari sudah terbit.

Ada satu pengalaman unik terkait dengan matahari yang cepat terbit.
Pernah satu hari, aku lupa menutup tirai jendela. Jadi cahaya matahari masuk tanpa segan. Hari itu aku punya janji dengan classmate untuk pergi bareng ke library pukul 10 pagi. Ketika aku bangun, matahari sudah sangat terik dan aku bangun dengan panik setengah sadar. Di detik itu juga aku meraih smartphone untuk memastikan pukul berapa saat itu. Yang terlihat adalah pukul 10.30  pagi. Itu artinya aku telat 30 menit dari waktu yang dijanjikan. Double panic!! Aku segera menghubungi classmate ku melalui Whatsapp untuk meminta maaf dan akan segera menyusul di siang hari (karena waktu itu kepala ku masih pusing karena kurang waktu tidur). Tapi aku sempet mikir kenapa kepala masih pusing padahal harusnya aku memang sudah bangun pukul segitu. Karena otak gak sanggup mikir lagi, aku akhirnya melanjutkan tidur. Aku terbangun lagi sekitar pukul 2 siang. Showering, sholat, dan bersiap-siap ke library. Aku cukup surprise kenapa aku bisa tidur sepanjang ini. 10 jam.
Ketika aku memakai jam tangan dan bersiap untuk cabut dari rumah, aku melihat sesuatu yang ‘odd’. Jam tangan menunjukkan pukul 10 pagi. Ok. Jam tangan ku mungkin hampir habis batre. Tapi dua jam tangan lainnya juga menunjukkan arah jarum jam yang sama persis. Mungkinkah semua jam tangan kesemuanya juga hampir habis batre? Kebetulan yang sangat ganjil. Aku langsung mengecek hape. The same happened!

Aku menelvon salah satu temen untuk menanyakan jam berapa saat itu. Sayangnya, dia enggak angkat telvon dari aku. Aku segera berlari turun kebawah untuk mengecek semua jam yang ada di ruang tamu, ruang makan, dan dapur. Sama! Jam 10 pagi. Kaget, sumpah. Aku bertanya-tanya jadi angka 10.30 dan angka  14.00 yang aku lihat di hape aku tadi itu, apa ya?

Well, aku berangkat ke library sambil menyimpan banyak misteri dan disana aku bertemu dengan classmate yang tadi awalnya janjian berangkat bareng. Aku nanya ke dia, jam berapa aku kirim message permintaan maaf ke dia karena aku telat bangun? Dia lalu tertawa terpingkal-pingkal. “Nurul, you sent me message at 6.30. Look at this” sambil nunjukkin pesan ku dan tertera pukul 6.30 pagi di layar hape nya.

Aku menertawakan diri sendiri yang sudah panik enggak jelas dan sok menganalisis ini itu sebelumnya. Intinya, ternyata aku terbangun pukul 6.30 pagi bukan pukul 10.30 pagi, pada dasarnya aku baru tidur selama 2.5 jam. Kepala masih nyut-nyutan ditambah dengan teriknya matahari diluar yang otak langsung berasumsi bahwa “waktu sudah menjelang pagi menuju siang”. Sehingga false assumption ini memengaruhi kinerja otak yang masih belum sepenuhnya bekerja karena pengaruh 2.5 jam tidur dan memengaruhi kinerja mata yang pada akhirnya salah menginterpretasi waktu yang tertera di hape.

Begitulah salah satu kisah unik aku di bulan Ramadhan. Dan ini adalah kali kedua terjadi hal yang sama. Jadi, jangan lupa tutup tirai sebelum tidur ya karena siap-siap pukul 4 pagi matahari mulai bersinar.

3.       10 MALAM TERAKHIR RAMADHAN
Biasanya aku melaksanakan I’tikaf di 10 malam terakhir di mesjid Oman tercinta. Tapi rutinitas kali ini pasti akan sangat berbeda dengan waktu I’tikaf yang sangat singkat. Mesjid pun enggak begitu dekat. Dan semenjak beberapa kejadian terror terjadi di London dalam 2 bulan terakhir membuat kami agak was-was kalau pulang malam.

Akhirnya aku dan salah satu temen, kita berencana itikaf di malam ganjil saja sambil menghunting laylatul qadr. Tapi sayangnya, kejadian penabrakan yang ‘katanya’ dilakukan dengan sengaja terhadap jamaah mesjid yang baru selesai itikaf mengurungkan niat kami berdua dan akhirnya memutuskan untuk beribadah malam dirumah masing-masing karena memang situasi sedang tidak kondusif. Sedih tapi mau gimana lagi. Bapak juga sudah me-warning untuk tidak pulang malam-malam.

Selain itu, karena malam sangat singkat, ibadah malam pun tidak bisa dilakukan dengan intens. Apalagi kalau tubuh sudah sangat lelah, tak cukup banyak waktu untuk tilawah. Tilawah di malam hari akan sangat memudahkan karena kalau tenggorokan sudah kering, bisa minum di sela sela.

Tapi terlepas dari itu semua, bisa merasakan Ramadhan yang dilaksanakan sebagai minoritas dan berbeda dari Indonesia, mencetuskan banyak refleksi kehidupan dan spiritualitas. Jadi lebih kritis dalam berpikir dan  jadi lebih mengenal Sang Pencipta.

4.       KULIAH DI BULAN RAMADHAN
Jadwal kuliah di semester terakhir ini hanya di skedulkan hari jumat seharian. Pagi sampai sore. Tapi bisa dibayangin gimana keroncongannya perut di siang hari. Semua pada makan ke kantin, tapi aku stay di kelas. Memasuki petang menjadi waktu-waktu kritis dimana otak dan perut enggak bisa diajak kerja sama lagi. Macet. Haha.

5.       PROPOSAL DISERTASI



Di waktu yang bersamaan pula, aku harus menyelesaikan 4000 word-proposal dissertation. Menjelang due date, aku bekerja nonstop di depan laptop bahkan bisa sampe gak mandi seharian. Haha. Nah disini aku merasakan nikmatnya berpuasa. Aku termasuk kedalam tipe pembelajar yang kalau udah start working on my assignment, itu bisa lupa makan dan minum dan yang tadi aku bilang, lupa mandi. Aku akan fokus di depan laptop berjam-jam. Selama ramadhan, aku enggak perlu memikirkan makan siang dan snack hiburan perut lainnya. Hanya break di waktu-waktu sholat saja. Alhasil, 4000 kata berhasil diraih. Alhamdulillah.

6.       LANDLORD YANG SANGAT BAIK




Minggu pertama bulan juni aku pindah dari flat universitas ke private house milik seorang British, an old Lady yang aslinya adalah Mauritian. Tujuan ku untuk pindah dari akom kampus adalah karena kontrak tinggal sudah habis dan aku memang enggak berniat untuk memperpanjang karena akom kampus lebih mahal. Selain itu, aku juga pengen ngerasain tinggal di sebuah rumah yang ‘homey’ di kompleks perumahan. Berasa banget tinggal di lingkungan yang lebih luas di level masyarakat setelah merasakan pengalaman tinggal bareng international students.

Aku tinggal berdua dengan landlord yang aku panggil dengan sebutan ‘aunty’ yang sudah berusia 70 tahun. Biar kata usia udah lansia, tapi sangat sehat dan masih bisa beraktifitas.

Banyak teman yang bilang kalau tinggal bareng landlord itu enggak seru, terlalu banyak aturan ini itu. Saat itu, yang membuat aku yakin untuk tinggal dirumah yang sekarang adalah karena aunty ini hanya tinggal sendiri dan pada dasarnya aunty menyewakan sebuah kamar karena dia tinggal sendiri. Beda dengan mereka yang memang berbisnis di bidang property, harga sewa bisa diberikan lebih tinggi. Alhamdulillah aku bisa mendapatkan double  room dengan harga sama seperti single room.

Satu kejadian yang sangat membuat aku terharu di bulan Ramadhan ini adalah ketika Aunty mengatakan “Nurul, don’t cook for two days. I have prepared foods for ifthar and sahoor for you. Just focus on your study

And I was like……… crying because, you know, I just have two days remaining for submitting my proposal and I have no enough time to cook. Sometimes I just bought ready meals and cooked simple dishes.

Berkah Ramadhan.

Janji Allah, dibalik kesulitan ada kemudahan, begitu juga sebaliknya.
Berat memang menjalani Ramadhan yang sangat berbeda tapi dibaliknya ada kebahagiaan dan kenikmatan yang tiada tara.

Itulah 6 pengalaman unik aku selama menjalani bulan Ramadhan di Inggris. Karena beberapa hari lagi Idul Fitri akan datang, mewakili dari postingan tulisan ini, aku ingin memohon maaf lahir dan batin. Eid Fitr Mubarak!

Semoga kita bisa bertemu di Ramadhan tahun depan. Aamiin!






*all pictures credited to Google

No comments:

Post a Comment